Senin, 26 Maret 2012

sepatah kata

assalamu'alaikum.....
eeemmm.... pertamanya aku gk ngerti apa yang sedang aku lakukan.
aku hanyalah seorang siswa dari salah satu madrasah tsanawiyah, sekolah swasta yaitu mts siti khadijah sindang wangi. mungkin aku tak bnyak mengerti tentang ilmu ilmu teknologi tapi mungkin aku bisa berbagi melalui blog ini dan aku senang jadi blogger. he
mmm.... sterusnya aku mau berterima kasih kpd guru2 yang telah membimbing dan mengajarkan aku sehingga aku mnjadi tau apa yang belum aku ketahui. dan terutamanya kpd teman2 khususnya miss jasmine nurhidayah. kali ini aku sedang menjalani UAM BN aku mohon do'anya yaaahhh....wish mw luck. thank's

Rabu, 21 Maret 2012

karya tulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar belakang
     Seringkali kita mendengar slogan-slogan di berbagai tempat terutama di sekoloah, yang isinya mengajak kita untuk menjaga kebersihan lingkungan.
    Akan tetapi slogan tadi tidak kita pedulikan, slogan tadi fungsinya hanya seperti hiasan belaka tanpa ada isinya, padahal isi dari sebuah slogan sangat penting bagi kita. Banyak slogan yang mengajak kita untuk menjaga kebersihan, tapi apa kenyataannya? Siswa masih membuang sampah sembarangan, selain ini siswa juga merobek-robek kertas dalam kelas dan bila memakan jajan di tempat A bungkusnya dibuangnya juga di tempat A, padahal di tempat-tempat tersebut telah disediakan tempat sampah.
    Tentu kita tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh dan penuh dengan sampah. Disamping itu sampah yang kita buang sembarangan tadi juga dapat mencemari lingkungan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan juga dapat menyebabkan suasana belajar kita tidak nyaman.
1,2 Perumusan masalah
      Berdasarkan latar  belakang penelitian  di atas penulis  ingin mengemukakan permasalahan yang perlu penulis ketahui.bahwa mencegah dan mengatasi masalah yang ada itu juga harus di contohkan oleh guru nya sendiri dan di tindak bila ada siswa/i yang melanggar. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1.     Guru selalu memberi contoh  bila membuang sampah selalu di tempatnya.
2.     Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang membuang sampah sembarangan terutama pada saat siswa-siswi makan dan minum dalam kelas, bungkusnya ditaruh dalam glodok bangku.
3.     Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah sembarangan pada buku saku/ buku pelanggaran.
4.     Membuat tata tertib baru yng isinya tentang pemberian denda terhadap siswa sebesar Rp 2.000 setiap melanggar 1 tata tertib sekolah.
     Dengan tindakan-tindakan ini maka kebersihan sekaligus kedisiplinan akan tercapai, terutama tindakan nomor 4 yang paling bagus, karena siswa mau melakukan pelanggaran ini tidak berani dan mau melakukan pelanggaran itu juga tidak berani, karena kalau melakukan pelanggaran tersebut akan didenda, pada akhirnya kebersihan dan kedisiplinan, kepatuhan siswa terhadap tata tertibpun akan terjaga, selain itu juga dapat mengharumkan nama baik sekolah, karena diakui oleh masyarakat sekitar sekolah bahwa anak disekolah kita disiplin-disiplin dan patuh terhadap peraturan.
1.3 Tujuan penelitian
   Tujuan penulis ingin mengetahui apa yang tdk penulis ketahui dan apa    yang penulis tdk mengert diantaranya adalah:
1.     Penulis ingin tau lebih lanjut bagaimana perkembangan kebersihan di sekolah.
2.     penulis ingin tau bagaimana sikap siswa/i jika setelah ada saran-saran yang tlah di rumuskan di atas.dan
3.     penulis juga meyakii jika kita semua bisa mnjaga kebersihan kita akan trjauhi dari penyakit dan impian sekolah kita mnjadi sekolah terbaik terbersih akan terwujud.


1.4 Metode penelitian
Dalam tugas bahasa indonesia ini penulis menggunakan metode   kepustakaan, mudah mudahan dengan metode ini penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan benar .penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya bila dalam kar4ya tulis ini banyak kesalahan.
1.5 Sistematika penulisan
Bab I: PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
1.2  Perumusan masalah
1.3  Tujuan penelitian
1.4  Metode penelitian
1.5 sistematika penulisan
Bab II: PEMBAHASAN
2.1 kebersihan di lingkungan sekolah.
2.2 kebersihan di lingkungan.
2.3 manfa’at menjaga kebersihan dan tips-tips nya.







Bab II
PEMBAHASAN
2.1 KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN
          Sering kita melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah. Padahal setiap kelas sudah disiapkan tempat sampah, apa kenyataannya? Masih banyak siswa yang membuang sampah sembarangan, oleh karena itu dapat menyebabkan lingkungan di sekitar kita menjadi kotor, kumuh, dan penuh dengan sampah.

     Tentu kita sebagai warga sekolah tidak mau hal demikian terjadi maka dari itu perlu sekali diadakan tindakan yang mengatasi masalah tersebut. Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

1.     Dimohon kesadaran dari siswa untuk membuang sampah pada tempatnya.
2.     Mentaati peraturan sekolah agar sekolah kita bersih.
3.     Petugas piket harus membersihkan kelas dan lingkungan di luar kelas.
4.     Memberi sanksi tersendiri bagi siswa yang membuang sampah sembarangan.
       Dengan tindakan tersebut di harapkan kesadaran siswa untuk menjaga      kebersihan.


2.2 KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN
     Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih,
Mencuci adalah salah satu cara menjaga kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan produk kebersihan tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah penularan influenza dan batuk-pilek.
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara melap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan (misalnya dengan abu gosok), membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah dari sampah.
Tingkat kebersihan berbeda-beda menurut tempat dan kegiatan yang dilakukan manusia. Kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan kamar bedah di rumah sakit, sedangkan kebersihan di pabrik makanan berbeda dengan kebersihan di pabrik semikonduktor yang bebas debu.

 

 

2.3MANFA’AT MENJAGA KEBERSIHAN

           Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat.

Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akah hal kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Berbagai upaya pengembangan kesehatan anak secara umum pun menjadi terhambat.



Lalu Bagaimana tips Mudah untuk menjaga kebersihan lingkungan ?
Tips dan Trik yang mudah, tepat dan efektif menyadarkan masyarakat Indonesia untuk.selalu menjaga kebersihan lingkungan?





Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan:

Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.

Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sertkan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda;
Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap bulannya.

Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik.

1. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk;

2. Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah.

3. Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.

Semoga bermanfaat dan lingkungan anda menjadi bersih, nyaman dan sehat.


                                 







BAB III PENUTUP  


3.1         Kesimpulan       
     
Kesadaran individu begitu penting untuk menjalankan perubahan kebersihan pada lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Namun mayoritas para masyarakat masih baru berantusias dalam signifikan yang berada di satu aspek saja.         
Dan para warga setuju dengan harus adanya cara-cara yang dilakukan dalam memberikan  alternatif untuk lebih dapat meyadarkan masyarakat tentang nilai kebersihan.  

3.2  Saran
Pengembangan ilmu pengetahuan, membuat segalanya dapat menjadi riset mengenai kebersihan yang ada dan sebaiknya pemerintah memberikan masukan dan kebijakan yang tegas dan tepat untuk membuat perubahan–perubahan.                                                                          












DAFTAR PUSTAKA  
Effendi, Onong, U. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaluddin, Rahmat. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet.
Bungin, Burhan. 2008.. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Nasution  S. 2003. Metode Research; Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara.
Jujun,  Surya Sumantri. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan.

Jumat, 20 Januari 2012

king of samudra pasai



 
Samudera Pasai Kingdom
http://2.bp.blogspot.com/-0wydQyOk43Y/Troh-Q3kkCI/AAAAAAAABsI/6COMq1QO2NQ/s400/Komplek%2BPemakaman%2BSultanah%2BNahrisyah.jpg
1.      The History

Samudera Pasai Kingdom was located in Aceh and became the first Islamic kingdom in Indonesia. This kingdom was established by Meurah Silu in 1267 A.D. The archeological proof of the existence of the Samudare Pasai kingdom was the discovery of Pasai Kings‘ graveyard in Geudong village, North Aceh. This graveyard is located near the ruin of Samudera Kingdom center in Beuringin village, Samudera Sub-district, about 17 km in the west of Lhokseumawe. Among the kings‘ graveyard, there was a name of Sultan Malik al-Saleh, the first Pasai king. Malik al-Saleh was Meurah Silu‘s new name after embracing Islam, and he was the first Moslem Sultan in Indonesia. He ruled about 29 years (1297-1326 A.D). Samudera Pasai Kingdom is the merger of Pase and Peurlak Kingdoms whose first king was Malik al-Saleh.

http://3.bp.blogspot.com/-1XJzMUovXb0/TroiFeAhmVI/AAAAAAAABsU/14p93v7tBmM/s400/tuhoe-12-tameh-Makam-Ratu-Nahrisyah-aweaceh.com.jpg



A Moslem wanderer from Maghribi, Ibnu Bathutah visited Pasai in 1346 A.D. He told that when he was in China, he saw Pasai Sultan‘s ship in China. Actually, China sources told that Pasai representative frequently came to China to give the tribute. Other information also said that Pasai Sultan sent its representative to Quilon, West India in 1282 A.D. It proved that Pasai had a pretty large relation with foreign kingdoms. On its victorious period, Samudera Pasai was an important trade center in that area, and it was visited by merchants from many countries, such as China, India, Siam, Arab, and Persia. The main commodity was pepper. As a big trading port, Samudera Pasai issued golden coin called dirham. This currency was used legally in the kingdom. Besides as the trade center, Samudera Pasai was also the center of development of Islam.

Along with the development, Samudera Pasai declined, until it was conquered by Majapahit Kingdom around 1360 A.D. In 1524 A.D, it was conquered for the second time by Aceh kingdom.

2.      The Kings of the Kingdom
Sultan Malik al-Saleh (1267-1297 A.D)
Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 A.D)
Sultan Ahmad Laidkudzahi
Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 A.D)
Sultan Shalahuddin (1405-1412 A.D)

3.       The Kingdom Period
The kingdom period of governing of Samudera Pasai lasted about 3 centuries, from the 13th until the 16th century.

4.       The Kingdom Territory
Pasai territory encompassed Aceh area at that time.

5.      The Kingdom Structure
(In the process of data collecting)

6.       Social-Cultural Life
It had been mentioned before that Pasai was a big kingdom which also became a trade and Islamic development center. As a big kingdom, the community which produced well writing work also developed. A creative minority group succeeded in using Arabic letters which was brought by Islam to write their work in Malay language. Then, it is now called as Jawi language, and the letters are called Jawi-Arab. Among those writing work, there is Hikayat Raja Pasai (HRP). The beginning of this text was predicted to be written around 1360 A.D. HRP showed the beginning of classic Malay literary development in Indonesian archipelago. Malay language then was also used by Syaikh Abdurrauf al-Singkili when he wrote his books.

Along with it, Islamic mysticism also developed. One of Islamic mysticism books which was translated into Malay language was Durru al-Manzum, written by Maulana Abu Ishak. This book then was translated into Malay language by Makhdum Patakan, as the request of Malaka Sultan. The information above tells a small role which was done by Samudera Pasai in its position as Islamic development center in Southeast Asia at that time.


Kamis, 24 November 2011

history of king siliwangi

King Siliwangi

From Wikipedia, the free encyclopedia
A shrine dedicated to King Siliwangi in the Hindu temple Pura Parahyangan Agung Jagatkartta, Bogor, West Java.
Siliwangi is a legendary great king of the Sunda kingdom in West Java. The kingdom flourished between 669 to 1759 AD. He brought the kingdom greatness and prosperity. Some accounts of his life are taken from the Pantun Sunda oral tradition that describe his reign as a glorious era for the Sundanese people. Traditions associated him with the tiger and sometimes the black and white leopard.

Contents

 [hide

Name

Batutulis inscription in Bogor mentioned about the historical great king Sri Baduga Maharaja.
Some historians suggest that this legendary King can be identified with an actual historical figure: Sri Baduga Maharaja (reigned 1482 to 1521). This great king complete stylized name is "Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata", as mentioned in Batutulis inscription, he is the son of Rahyang Niskala and the grandson of Rahyang Niskala Wastu Kancana. This suggestion is based on the liguistical theory that Siliwangi is derived from the Sundanese words of Silih Wangi, meaning a descendant of King Wangi.

[edit] King Wangi

According to Kidung Sunda and Carita Parahyangan, King Wangi is identified as King Lingga Buana, a king of Sunda that died at Majapahit in 1357 AD in the Battle of Bubat. Hayam Wuruk, the Majapahit king, intended to marry Dyah Pitaloka Citraresmi, a daughter of King Lingga Buana. The Sunda royal family came to Majapahit to marry the princess to Hayam Wuruk. However, Gajah Mada, prime minister of the Majapahit Empire, saw this event as an opportunity to demand Sunda's sumbission to Majapahit. He demanded that the princess not be treated as the queen of Majapahit, but merely as a concubine, as a sign of Sunda's submission. Angered by Gajah Mada's insult, the Sunda royal family fought the overwhelming Majapahit forces to the death to defend their honor. After his death, King Lingga Buana was named King Wangi (king with a pleasant fragrance) because of his heroic deed to defend his kingdom's honor. His descendants with the same quality of greatness were called Silihwangi (successor of Wangi).

A second theory

Some other historians are of the opinion that Siliwangi is derived from the Sundanese word Asilih Wewangi, meaning changing title.

The legend

There are many legends about King Siliwangi as the great king of Sunda. Most of the legends tell the story of the rise of a young prince to seize his rightful throne and later becoming a great king of Sunda Pajajaran, bringing his people prosperity, justice and greatness.
One of the stories tells about prince Ratu Jayadewata, the son of Prabu Anggalarang, king of Galuh, who ruled from Surawisesa Palace. During his youth the prince was known as Raden Pamanah Rasa (the archer of feelings of love). The name suggests that he was a charming and strikingly handsome young man. People easily fell in love with him. The tradition says he was a master of literature, music, dance, and the arts, as well as pencak silat martial arts and the princely arts of sword fighting and archery.
An usurper of evil ambition overthrows King Anggalarang and murders him, taking over the throne. The prince Jayadewata is poisoned, drugged, and cast under a black magic spell that caused him to suffer amnesia and insanity. The powerful but insane prince wandered around and caused trouble in many villages, until Ki Gedeng Sindangkasih, a port master of Muara Jati, managed to pacifize him. With the love of Nyi Ambetkasih, Ki Gedeng's daughter, the prince is finally cured from his illness. Prince Jayadewata married Nyi Ambetkasih. Later, prince Jayadewata managed to gain support of the people and succeeded in reclaiming his rightful throne. He become the king of the unified kingdom of Sunda and Galuh. He transferred the capital city from Kawali Galuh to Pakuan Pajajaran.
One of the Pantun legends tells vividly about a beautiful royal procession of queen Ambetkasih and her courtiers moving to the new capital of Pakuan Pajajaran, where her husband awaits. King Siliwangi ruled justly from his palace of Punta Bima Sri Narayana Suradipati Madura at Pakuan Pajajaran and his reign is celebrated as the golden age for Sundanese people.
Besides Ambetkasih, King Siliwangi had other wives; Nyai Subang Larang, the daughter of Ki Gedeng Tapa, port master of Cirebon, and his third wife, Aciputih, daughter of Ki Dampu Awang. Nyai Subang Larang was a Muslim woman and a student of the Quro Islamic school in Karawang, and she bore him three children: prince Walangsungsang, princess Rara Santang, and prince Kian Santang. Walangsungsang, later known as Cakrabuana, was the founder of the Sultanate of Cirebon. Rara Santang married a muslim Egyptian prince, while Kian Santang become a Muslim ulama in western Java. The legend of King Siliwangi's Muslim children from Subang Larang explains the change from Hinduism to Islam around the time of the fall of Sunda kingdom.

Animal associations

The traditions link Siliwangi with the mythical tiger, and sometimes the black and white leopard, as his guard. According to legends after the Sultanates of Cirebon and Banten sacked the capital of Pakuan Pajajaran, the king refused to convert to Islam, yet he also refused to fight the invading Muslim forces, since the Sultan of Cirebon was his own kin. Tradition tells that after the fall of Pakuan, the last king of Sunda, accompanied by his faithful followers, retreated to Mount Salak located south of the capital to avoid further bloodshed. Then the king is ngahyang (he disappeared) to become a hyang or spirit. He turned into a mythical beast, the sacred tiger.

[edit] The historical account

The compiled legends of King Siliwangi do not always correspond with historical facts and records, since some events are vague and do not correspond to the lifetime of the historic Sri Baduga Maharaja. For example, the fall of Pajajaran occur in later times, during the reign of later Sunda kings, the great-great grandson of Sri Baduga. Some legends seem to simply identify the series of last Sunda kings as Siliwangi. However these legends try to explain the historical events of the Sunda kingdom and its relationship with the Sultanates of Cirebon and Banten.

See also